Nosa (kemeja putih) dalam sebuah acara sosialisasi Pemilu di Kebun Kurma, Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jumat (30/3/2018). |
M. Nosa Sandi Prasetyo namanya. Seorang laki-laki kelahiran 30 September 1999
asal Bukir, Kota Pasuruan, Jawa Timur ini diganjar USD 7.500 oleh
Google setelah berhasil temukan bug. Akhirnya cita-cita Hacker (Nosa) ini untuk menjadi
'pengangguran sukses' telah terlaksana.
Belajar di jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
pada saat Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak menghalanginya untuk belajar
Information and Technology (IT), ilmu yang biasanya dipelajari
orang-orang dengan latar pendidikan ilmu pengetahuan alam.
“Saya biasa dipanggil Nosa,” kata dia, saat memulai perbincangan dengan wartabromo.com, Rabu (26/9/2018).
Ketertarikan
remaja 19 tahun itu terhadap IT sudah dimulai sejak masih anak-anak.
Saat berada di bangku Sekolah Dasar, Nosa sangat menyukai game. Kemudian
memasuki Sekolah Menengah Pertama, dia mulai mengenal dunia software
bahkan sudah dapat membuat virus sederhana.
Keterampilan Nosa kian
diasah hingga saat duduk di bangku SMA, Nosa dapat membuat program
instruksi untuk menjalankan dan mengeksekusi perintah.
Saat itu, dia mulai 'membobol' akun rapor online dan akun ujian
berbasis Android. Hal itu dilakukan setelah sebelumnya dia berhasil
menunjukkan cara menemukan bug. Meski berhasil meretas akun, dia tidak
memanfaatkan keahliannya itu untuk kepentingan pribadi.
Nosa
justru melaporkan masalah yang ditemukannya terkait IT kepada pembuat
program atau developer. Dia pun kerap mendapat imbalan dari perusahaan
atas bantuannya menemukan masalah tersebut.
Setelah lulus SMA,
Nosa sempat ditawari melanjutkan pendidikan IT di perguruan tinggi
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Namun
karena berasal dari bidang IPS, kesempatan itu pun tidak bisa
diambilnya.
“IT kan untuk IPA, jadi saya sudah auto gagal,” kata Nosa sambil tertawa kecil.
Dia
sempat memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya. Tapi dengan
dorongan orang tua, akhirnya Nosa melanjutkan pendidikannya di Sekolah
Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Yadika Bangil.
Sebagai
pencari bug (bug hunter), Nosa pernah berkeinginan untuk dapat menemukan
bug di Google. Korporasi pemilik mesin pencarian terbesar di dunia ini
memang membuka ruang untuk dapat menemukan bug (bug bounty). Nosa pun
melakukan percobaan pertamanya pada Maret 2018 dengan menggunakan
browser Internet Explorer dan Mozilla Firefox.
Saat itu dia sempat
menemukan bug, namun laporan yang dikirimnya itu ditolak Google. Lima
bulan kemudian, tepatnya 11 Agustus 2018, Nosa melakukan percobaan
keduanya dengan metode berbeda.
Kali ini dilakukannya dengan
mencoba mengutak-atik akun Google. Dia masuk ke lama my account,
kemudian berlanjut ke sub-domain bussiness-google. Akhirnya, bug pun dia
tangkap. Saat itu, Nosa mendapat balasan, "Nice catch (tangkapan
bagus)".
Nosa mengungkapkan, celah bug yang ia temukan termasuk celah keamanan
yang sangat kritis atau 'click hijacking'. Gayung bersambut, 'Mbah
Google' merespons laporannya hingga Nosa mendapat balasan dari Google
melalui email pada Selasa pagi (25/9). Email itu berisi ucapan terima
kasih dan besaran reward yang diterimanya.
“As Part of Google
Vulnerability Reward Program, the panel decided to issue a reward of
$7.500.00. (Sebagai bagian dari Google Vulnerability Reward Program,
kami memutuskan untuk memberikan hadiah USD 7.500,00),” bunyi penggalan
kalimat dalam email yang diterima Nosa dari Google.
Sebelumnya dia
sempat bernazar untuk memotong rambutnya jika Google memberinya USD
5.000. Tetapi tanpa disangka, ternyata imbalan yang dia terima lebih
besar dari jumlah tersebut.
“Saya aja sampai sekarang enggak menyangka bisa dapat uang sebanyak itu,” ujarnya.
Pada
akhir perbincangan dengan wartabromo.com, Nosa mengungkapkan ingin
menjadi pengangguran sukses. Dia mengaku kerap mendapat imbalan atau
reward dari sejumlah domain kenamaan yang jumlahnya kata dia, "lumayan".
“Meneng-meneng (diam-diam) dapet duit,” canda Nosa, mengakhiri obrolan.
wartabromo.com