Setiap keluarga tentu dibangun berdasarkan rasa
cinta. Rasa cinta itu perlu dipelihara agar terbangun rasa percaya.
Jika kepercayaan sudah dimiliki, tentu itu akan menentramkan hati. Tak
lagi perasaan risau dimiliki meskipun pasangannya bekerja nun jauh ke
kota lain, bahkan ke negeri seberang. Namun, sungguh teramat disesalkan
jika kepercayaan itu disia-siakan pasangannya. Kepercayaan yang
diberikan justru disalahgunakan.
Kemarin (Kamis, 22 Maret 2012), saya dibuat kaget bukan alang kepalang.
Ketika itu, saya sedang menikmati makan siang bersama istri dan ketiga
anakku di sebuah rumah makan di Kota Solo. Setelah menengok nenekku
yang sakit di RS Yarsis Solo, saya mengajak keluarga untuk menyantap
makan siang dengan menu yang berbeda. Kebetulan sejak pagi saya belum
menikmati makan nasi karena sudah merasa kenyang setelah makan gethuk.
Setelah menghabiskan tiga porsi ayam kampung goreng, perut kami pun
kekenyangan. Karena sudah kenyang, saya segera mengajak istri dan anak
untuk pulang. Makan siang berakhir sekitar jam 14.00.
Saya pun segera mengajak istri dan anak-anak untuk keluar dari rumah
makan. Tiba-tiba, saya tertegun ketika tiba di tempat parkiran. Saya
bertemu dengan seorang wanita. Dan saya telah mengenal baik wanita itu
karena ia adalah istri temanku. Ya, ia adalah istri seorang pejabat
BUMN. Saya dan suaminya berteman cukup lama dan dahulu sering saling
berkirim kabar. Namun, belakangan saya tak mendengar kabarnya lagi.
Kekagetanku itu tidak disebabkan pertemuan itu. Namun, kekagetanku itu
disebabkan pendamping si wanita. Mengapa lelaki itu bukan suaminya?
Kemana suaminya? Mengapa siang-siang begini bepergian dengan ditemani
laki-laki lain? Inilah kecurigaanku.
Bergegas saya mengulurkan tangan untuk mengajaknya bersalaman. Saya pun
mengenalkan istri dan ketiga anakku kepadanya. Setelah bercakap-cakap
ringan, saya pun bertanya, “Siapa laki-laki itu, Bu?”
Dengan muka gusar, si wanita itu menjawab, “Adik suamiku.”
Lalu, saya pun memandang wajah lelaki itu. Mengapa wajahnya sangat
tidak mirip dengan wajah suaminya? Wajah suaminya itu sangat halus,
tampan, bersih, dan sangat terlihat muda. Namun, lelaki itu terlihat
lebih tua dan ganteng, tapi kulitnya tak bersih. Dan yang membuatku
menjadi semakin penasaran adalah tingkah sang lelaki. Sepertinya dia
sengaja menghindariku dengan berjalan menjauhi posisiku berdiri
sehingga tak sempat bersalaman atau bertatapan muka secara langsung.
Meskipun lelaki itu diaku sebagai adik suaminya, tentu itu pun tidak
dibolehkan. Seorang istri tidak boleh bepergian dengan lelaki lain
tanpa izin suaminya. Bahkan, seorang isteri diharamkan untuk bepergian tanpa seizin suaminya, apalagi dengan lelaki yang bukan suaminya.
Maka, saya pun berkesimpulan bahwa istri temanku itu melakukan
perselingkuhan. Alasanku sederhana: jam 14.00 berada di luar rumah
dengan lelaki lain tanpa terlihat berbelanja dan atau bekerja, tetapi
justru terlihat berpakaian ala orang yang sedang senang-senang.
Saya kurang memahami penyebab terjadinya perselingkuhan. Saya hanya
memahami bahwa perselingkuhan terjadi karena terjadi disharmoni dalam
komunikasi keluarga. Maka, saya berusaha berbagi tips agar
perselingkuhan tidak terjadi di keluarga kita.
Pertama, ciptakan hubungan suami istri yang rutin. Perkara seks sering disepelekan pasangan. Menurutku, masalah seks adalah masalah yang teramat penting karena seks itu resep atau bumbu bahagia.
Cobalah Anda mencicipi sayur tanpa bumbu. Tentu saja sayur itu akan
terasa hambar. Seks itu penting untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
Oleh karena itu, seyogyanya hubungan seks dilakukan secara rutin
sehingga komunikasi batin rutin pula terjadi. Jika sudah dipuaskan di
rumah, saya yakin perselingkuhan tidak akan dikehendaki karena niatan
utama perselingkuhan, setahuku, adalah perkara seks.
Kedua, ajak keluarga bepergian bersama. Saya sering melihat
teman yang bepergian sendirian meskipun temanku memiliki suami atau
istri. Mengapa mereka pergi sendiri? Bukankah mereka memiliki pasangan
hidup? Jika bepergian bersama pasangan, pandangan kita akan terjaga
sehingga kelakuan pun terjaga. Tentu potensi perselingkuhan akan
terjadi jika mereka pergi sendiri.
Ketiga, komunikasi terbuka. Sering suami atau istri itu
mencurahkan perasaannya kepada orang lain. Bahkan, saya sering menjadi
tempat curhat para sahabat. Heran dan teramat mengherankan, mengapa
para sahabat itu justru mencurahkan perasaannya kepada orang lain?
Bukankah itu dapat diartikan sebagai membuka aib sendiri? Maka,
hendaknya suami dan istri terbuka terhadap semua permasalahan keluarga.
Janganlah membiarkan masalah kecil menumpuk karena karena badai itu berasal dari sebuah riak gelombang.
Keempat, gemarlah memuji. Ketika bertemu dengan teman-teman,
saya sering mendengar teman-teman yang gemar memuji orang lain. Saya
jarang sekali mendengar mereka memuji suami atau istrinya. Justru
mereka sering berandai-andai memiliki pasangan seperti yang dipuji-puji
itu. Heran dan teramat mengherankan, jelas-jelas mereka sudah memiliki
suami atau istri, mengapa mereka masih melakukan itu? Mengapa mereka
justru tak mau memuji pasangannya?
Kelima, bentengi diri dengan agama. Rapuhnya pemahaman agama
akan menjadikan rapuhnya iman. Ketika iman sudah mulai terkikis,
kepercayaan terhadap dosa pun hilang. Ketika ketakutan terhadap dosa
tiada, mereka pun senang melakukan segala perbuatan meskipun dilarang
agama. Maka, tentunya agama perlu dijadikan pagar agar mereka tidak
terjerumus ke lembah dosa. Selagi hidung masih berfungsi untuk
bernafas, Tuhan masih memberikan kesempatan untuk bertobat.
Hingga detik ini, saya belum berhasrat untuk menghubungi temanku.
Entahlah, apakah saya harus menceritakan kejadian ini? Tentunya
keluarganya akan terancam badai yang teramat dahsyat. Namun, justru
saya akan menanggung dosa pula jika saya tidak mencegahnya.
Mudah-mudahan Tuhan berkenan memberikan petunjuk-Nya. Amin.
[Johan Wahyudi]
Dikutip dari :
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/03/23/mengapa-istri-pejabat-itu-selingkuh/