Apapun bentuknya dari web tersebut, apapun kegiatannya.. selama untuk mengusung posisi sebuah lembaga Detektif Swasta di Indonesia yang mungkin sekarang belum dapat diterima oleh pemerintah secara legal.. Menjadi Nyata..
Baik.. demikian ini artikel tersebut...
Pukul 12.40 WIB. Mobil Honda Jazz berwarna perak memasuki areal
parkir sebuah mal di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Mobil berputar
sebentar, sebelum akhirnya parkir di suatu sudut, di lantai bawah tanah.
Pengemudinya, perempuan berusia awal 30-an, turun dari mobil. Ia
langsung melangkah menuju pintu masuk mal, sambil menelepon.
Perempuan hitam manis itu, sebut saja namanya Mita, berjalan sedikit
tergesa-gesa. Seolah tak menghiraukan sekelilingnya, ia terus menuju
lantai dasar. Siang itu kebetulan suasana mal tidak seramai biasanya.
Hanya tampak sejumlah pekerja kantoran menghabiskan waktu makan siang.
Sekitar sepuluh meter menjelang pintu masuk sebuah kafe waralaba
ternama, seorang pria berperawakan tinggi, berwajah indo, menyambut
Mita. Ricky, nama pria itu, sikapnya wajar, selayaknya teman yang biasa
bertemu. Keduanya lalu melangkah masuk ke dalam kafe, disambut pelayan
yang langsung menanyakan pesanan. Namun tidak sampai satu menit terlibat
pembicaraan, Mita dan Ricky tiba-tiba terlihat berdiri. Mita bergegas
menuju meja kasir dan membatalkan pesanan, sambil tersenyum dan berulang
kali meminta maaf. Seolah tak ingin berlama-lama di tempat itu,
keduanya segera menuju mobil Mita. Ricky yang memegang kemudi.
Berkecepatan sedang, mobil meluncur meninggalkan Senayan menuju
kawasan Slipi. Titik-titik kemacetan lalu lintas selepas jam makan
siang, sempat membuat lajunya terhambat. Di tengah antrean kendaraan
umum di sebuah perempatan lalu lintas, mobil masuk ke sebuah hotel
bintang tiga. Berputar-putar sejenak di halaman samping, lalu parkir di
sebuah sudut yang terlindung dari pandangan orang ramai. Di hotel,
keduanya check in memakai KTP dan kartu kredit milik Ricky. Selama
transaksi di resepsionis, Mita terlihat berdiri menjauh sambil
memperhatikan beberapa lukisan yang dipasang di dinding. Sejurus
kemudian Ricky memberi isyarat, lalu keduanya menuju kamar melalui lift
tanpa diantar room boy. Waktu menunjukkan pukul 13.20.
Dua anak manusia yang tengah dilanda gairah itu, pastilah tidak
menyadari keberadaan sepasang mata yang terus mengawasi keintiman
mereka. Sejak meninggalkan rumah, gerak-gerik Mita terus dalam
pengamatan Tony Sanjaya, seorang penyelidik profesional. Ia melakukan
pengawasan itu atas permintaan Fred, suami Mita, seorang ekspatriat dan
sedang bertugas di Hongkong.
Mungkin tidak pernah terbayangkan, pekerjaan pengintaian ala
film-film detektif, seperti yang dilakukan Tony, nyata terjadi di
sekitar kita. Padahal, setidaknya sudah sepuluh tahun belakangan, bisnis
penyelidikan profesional terus tumbuh subur di Indonesia. Ada yang
dijalankan perusahaan jasa keamanan, ada pula yang dilakukan perorangan
seperti Tony.
Tak ada sebutan resmi untuk profesi ini. Bisa penyelidik profesional,
detektif swasta, atau private investigator. Yang jelas, pekerjaan
mereka mulai dari pengintaian, pencarian orang hilang atau menghilang
(biasanya karena utang), menelisik data diri seseorang, menganalisa
kondisi perusahaan, dan sebagainya. Semua dikerjakan dengan tarif yang
tidak murah tentunya.
“Sebenarnya bukan selalu karena uang. Saya menikmati tantangan untuk
memecahkan suatu masalah. Kalau ketemu jawabannya, rasanya puas sekali,”
tutur Tony, penyelidik yang banyak menangani kasus-kasus rumah tangga
(matrimonial). Seperti kasus Mita yang dicurigai suaminya main serong
selama ditinggal pergi, dan akhirnya terbukti.
Jika pekerjaan dan harga sudah disepakati, penyelidik biasanya akan
meminta data seputar target. Misalnya jati diri, kebiasaannya, kendaraan
yang dipakai, atau informasi-informasi lain sekecil apa pun yang bisa
membantu penyelidikan. Walau tak jarang klien ternyata hanya punya nama
target saja (nama panggilan pula) sehingga penyelidik harus bekerja
keras menemukan dan menggali informasi lain dari nol.
Nah, jika semua sudah oke, kini penyelidik dan timnya mulai bergerak.
Tapi, tunggu dulu! Mohon jangan membayangkan penampilan mereka seperti
detektif-detektif di film Hollywood, yang berrwajah seram, jago
berkelahi dan cepat main cabut pistol. “Biar tidak mencolok, penampilan
biasa saja atau malah menyesuaikan sama lingkungan di sekitarnya,” jelas
Tony yang sudah enam tahun menjalankan bisnis ini. “Semakin tersamar,
semakin baik.” Selebihnya, penyelidik banyak mengandalkan logika dan
kreativitas untuk menggali informasi dan mengatasi segala kesulitan di
lapangan.
Jadi akrab dengan pria selingkuhan isteri sendiri
“Halo, selamat siang Pak. Bisa saya bantu?” resepsionis bertanya
ramah di telepon. “Ya, begini Mbak, teman saya Ricky, siang tadi chek in
di hotel ini. Saya lupa di kamar berapa. Catatannya hilang, padahal
saya harus segera ketemu. Bisa tolong dicek, Mbak!” pinta Tony lewat
ponselnya.
“Baik, sebentar.” Sejenak resepsionis mengetikkan sesuatu di
komputernya, lalu, “Halo, tamu atas nama Pak Ricky ada di kamar 6012.
Mau saya hubungkan Pak?”
“Oh, tidak terima kasih. Saya langsung ke sana saja.”
Tit. Telepon ditutup.
Tony mencatat informasi tadi di buku kecil untuk bahan laporannya ke
klien. Salah satu hasil pekerjaan seorang penyelidik adalah laporan
tentang segala hal menyangkut target selama jangka waktu tertentu. Atau
sampai target telah terbukti berbuat sesuatu. Kadang ada klien yang
hanya meminta mencari keberadaan seorang target sampai ketemu.
Laporan ke klien memuat detail segala hal tentang target. Segala
tindakan yang dilakukan, pertemuan dengan seseorang, kendaraan yang
dipakai, barang-barang yang dibeli, uang yang ditransfer, dsb. Setiap
aktivitas dilengkapi catatan waktu serta foto sebagai bukti penguat.
Foto tidak perlu terlalu bagus, yang penting terlihat jelas obyeknya.
Kalau memang diperlukan, penyelidik juga bisa menyediakan salinan
dokumen tertentu.
Tony berkisah, pernah mendapat klien yang mencari seseorang (keduanya
pria warga negara asing) di Indonesia. Singkat cerita, Tony berhasil
menemukannya. Malah dalam laporannya, seperti permintaan klien, komplet
termuat seluruh data diri dan keluarga target, termasuk jadwal
ekstrakulikuler sekolah sampai jajanan kesukaan anaknya. Tapi belakangan
Tony tahu, klien rupanya mendendam karena target telah berselingkuh
dengan istri klien. Tony pun berusaha sekuat tenaga agar klien tidak
berbuat macam-macam. Apalagi klien merupakan anggota sebuah dinas
rahasia negara asing yang mempunyai jaringan kuat untuk berbuat
kekerasan.
Untunglah klien menurut. Alhasil, laporan penyelidikan dipakai untuk
menggertak target saja. “Kalau kamu menggoda istri saya lagi, tahu
sendiri akibatnya!” ancam klien seraya menunjukkan laporan penyelidikan
yang seolah “menelanjangi” target.
Mata target terbelalak. Ia terkejut bukan main, sadar akan
kesalahannya, lalu minta maaf. Persoalan dianggap selesai. Bahkan target
akhirnya sempat curhat bahwa perselingkuhannya itu sebenarnya dipicu
oleh tindakan istrinya yang berselingkuh juga. Mungkin karena persamaan
nasib itu, kabarnya saat ini antara klien dan target malah berteman
baik. Fiuuuh… Tony bernapas lega.
Pengintaian harus matang, cara kencing pun dipikirkan
Tak salah ungkapan yang menyatakan: menunggu memang pekerjaan
membosankan. Tapi bagi penyelidik, menunggu sudah menjadi santapan
harian. Terutama saat melakukan pengintaian. Berjam-jam, atau
berhari-hari berada di tempat yang sama, harus dilakoni. Dalam sebuah
pengintaian, persiapan haruslah matang. Makanan, minuman, termasuk cara
buang air kecil, harus dipikirkan benar. Beberapa jam sekali, dilakukan
pergantian shift dengan teman satu tim. Selain agar pengintai tidak
kelelahan, juga untuk menghindari kecurigaan orang.
Mobil untuk mengintai biasanya berjenis minibus seperti Toyota Kijang
atau Isuzu Panther. Memakai mobil sedan justru dapat menarik perhatian.
Mobil juga harus diganti setiap hari, karena itu biasanya dipakai mobil
sewaan. Jika harus bergerak membuntuti target, sepeda motor ikut
dikerahkan agar tidak kehilangan jejak.
Kewaspadaan tetap harus terjaga meski harus menunggu sekian lama di
suatu tempat. Penyelidik tidak boleh lengah agar target tidak terlepas
dan tetap selalu harus mencatat perkembangan sekecil apa pun.
Prinsipnya, informasi sekecil apa pun yang didapat, bisa mengarahkan ke
informasi baru.
Tapi yang tak kalah penting, perlu dipastikan bahwa pengintaian itu
tidak diketahui pihak lain. Maka harus selalu dibuat pengintaian
berlapis, yakni seorang pengintai harus diawasi rekan satu tim untuk
memastikan keamanannya. Counter surveillance semacam ini sebenarnya ada
dalam teori dasar pengintaian di mana pun. Cuma satu orang yang tidak
melakukannya, yaitu James Bond. Dan itu di film!
Jika target pergi ke luar kota, atau ke luar negeri, penyelidik harus
pula membuntuti. Biaya pengintaian memang mahal dan bisa membengkak.
Namun biasanya penyelidik minta persetujuan klien terlebih dahulu.
Maklum, pengeluaran ini biasanya di luar kesepakatan pada harga awal.
Bagi Tony, mengintai di “kampung lain” mendatangkan tantangan
tersendiri. Walau sebenarnya tingkat kesulitan di beberapa kota di Asia
Tenggara kurang lebih sama dengan Jakarta. Tapi ceritanya akan lain jika
harus masuk ke Singapura.
Prosedur keamanan Negeri Singa terkenal sangat ketat. Penciuman pihak
intelijen tajam. Polisi juga bergerak cepat. Tony merasa perlu untuk
mempelajari seluk beluk negeri itu secara cermat sebelum beraksi. Soal
sistem transportasi, jalan-jalan alternatif, kecepatan reaksi polisi,
dan sebagainya. “Semua bahannya ada dari internet,” jelas penyelidik
yang seluruh ilmunya didapat secara otodidak ini.
Salah satu seni yang harus dikuasai penyelidik adalah mengorek
informasi dari berbagai sumber. Tetangga, sopir, pembantu, atau pegawai
di perusahaan target, merupakan pihak yang wajib didengar keterangannya.
Tapi tidak tertutup kemungkinan segala ocehan yang muncul dari
musuh-musuh target. Terhadap orang-orang itu, penyelidik menjalin
pertemanan tanpa harus membuka penyamaran.
Kadang informasi juga harus didapat dari institusi pemerintah. Di
sini berlaku satu rumus: ada uang, ada kawan. Artinya, selain harus
berteman dengan orang dalam yang mempunyai akses ke gudang data, jangan
lupa selipkanlah beberapa lembar rupiah sebagai tanda terima kasih.
Dijamin informasi akan mengalir deras tanpa banyak pertanyaan lagi.
Sistem administrasi di Indonesia yang umumnya amburadul, adalah
keuntungan sekaligus kerugian bagi penyelidik. Keuntungannya, karena
begitu kacau, banyak orang yang mempunyai akses, sehingga penyelidik
relatif mudah melakukan pendekatan ke orang dalam untuk mendapat
informasi. Tapi kerugiannya, banyak data yang ternyata tidak valid.
Bekas wartawan dan aktivis LSM
James D. Filgow, direktur pada sebuah perusahaan jasa keamanan di
bawah grup Consolidated Services Indonesia (CSI), merekrut penyelidik
dari berbagai latar belakang. Tapi umumnya mereka sudah terbiasa bekerja
di lapangan, cermat melihat situasi, serta luwes melobi berbagai pihak
untuk menggali informasi. Ada mantan aktivis politik, pekerja LSM,
sampai bekas wartawan. Khusus bekas wartawan dinilai punya nilai lebih,
karena lebih jeli mencatat detail dan mampu memberi warna pada
laporannya.
Karena terkait urusan bisnis, penyelidik seringkali harus
berinteraksi dengan target. Mereka harus menyamar menjadi calon rekanan
bisnis, pemasok barang, atau kadang pembeli. Memainkan peran seperti ini
tentu dibutuhkan mental yang cukup, walau sebenarnya target tidak akan
mudah curiga. Tantangan terbesar justru untuk mendapatkan dokumen.
Penyelidik harus bisa mendekati orang-orang yang memiliki akses untuk
mendapatkannya. Sejauh tidak mengambil sendiri secara diam-diam, menurut
James, masih diperbolehkan. “Kalau ada orang dalam (yang meng-copy) itu
boleh,” tuturnya.
Pergerakan para penyelidik di lapangan akan terus dipantau penyelia
dan ahli hukum perusahaan agar tidak menabrak aturan hukum. Penyelia,
yang juga seorang penyelidik senior, ikut membantu mengarahkan serta
memberi analisa dalam laporan akhir. Bila membutuhkan dukungan tenaga
atau informasi, penyelidik juga dibantu sejumlah pihak luar, istilahnya
agen.
Berjalan lurus pada koridor hukum saja belum tentu jaminan aman.
Tahun 1994, beberapa anak buah James ditangkap aparat keamanan ketika
mencari bukti penerbitan dokumen pengiriman barang yang dipalsukan,
terkait pembayaran letter of credit (LC). Mereka sempat ditahan,
diinterogasi 18 jam, tanpa prosedur resmi. Rupanya, target mengetahui
kalau dirinya menjadi sasaran, lalu berupaya menghentikannya dengan
mempergunakan polisi. Namun toh upaya itu tidak berhasil, karena
akhirnya pengadilan tetap menyatakan target bersalah dalam kasus
penipuan LC. Antara lain justru karena hakim menerima laporan tentang
adanya pencidukan itu.
Penyelidik di Indonesia umumnya memang masih bergerak pada kasus
perdata. Lain di Amerika Serikat, yang warganya biasa minta bantuan
penyelidik untuk mencari suatu bukti jika tidak puas dengan hasil kerja
polisi untuk kasus-kasus seperti pembunuhan, penculikan, atau kekerasan.
Di Filipina, penyelidiknya juga biasa menangani pencarian dan negosiasi
dalam kasus-kasus penculikan anak yang memang menonjol di negara itu.
Walau belum ada aturan resminya, aktivitas penyelidikan yang
dilakukan perusahaan jasa keamanan sesungguhnya bukan tidak diketahui
Polri. Sebagian penyelidik CSI pernah mengikuti kursus dari Polda Metro
Jaya. Mereka diajari dasar-dasar penyelidikan, aturan-aturan hukum,
serta perkenalan senjata api. Walau menurut James, penyelidik swasta
tidak akan pernah memerlukan senjata saat bertugas. “Senjatanya ya otak
kita ini.”
Tips Menyewa Seorang Detektif Swasta.
Kita semua membayangkan bagaimana gaya seorang penyelidik swasta.
Memegang kaca pembesar, topi menutupi matanya, menggunakan kacamata
hitam. Tapi bagaimana kalau Anda benar-benar membutuhkan jasa detektif
swasta? Siapa yang Anda telepon? Bagaimana tahu kalau mereka ada
gunanya? Berikut adalah cara untuk melacak detektif swasta yang
berkualitas.
- Luangkan waktu anda. Sudah pasti anda menginginkan dengan cepata apa yang Anda butuhkan. Tapi jangan biarkan perasaan urgensi membimbing Anda untuk bekerja dengan orang yang salah. Tanyakan teman-teman dan kenalan Anda jika mereka memiliki rekomendasi pribadi untuk detektif swasta, Anda harus menghubungi. Periksa asosiasi negara – sebagian besar negara memiliki mata organisasi swasta yang bisa membuat petunjuk menggunakan nama negara bagian di pencarian Google, bersama dengan asosiasi swasta untuk menemukan grup di daerah anda.
- Jangan lupa di Yellow Pages. Buku nomer-nomer telepon bisa memberikan pengertian yang baik bagi perusahaan yang mapan dan sanggup iklan besar, dan mana yang hanya satu baris daftar. Sementara perusahaan-perusahaan kecil mungkin mempunyai layanan ahli untuk menawarkan,
- Verifikasi. Periksa perusahaan yang anda inginkan untuk memastikan mereka benar berlisensi. Selain itu, mencari tahu dari perusahaan nama individu yang akan bekerja dalam kasus Anda, dan memeriksa identitasnya juga. Selain informasi yang tersedia secara langsung dari perusahaan, cek dengan otoritas perizinan Negara penyelidik swasta.
- Negosiasi harga. Penyelidik swasta umumnya biaya per jam atau hari, dengan biaya biasanya mulai dari $ 50 sampai $ 150 per jam. Ia menambahkan dengan cepat, jadi pastikan Anda bernigosiasi dari awal.
- Kontrak tertulis. Mendapatkan persetujuan dengan perusahaan secara tertulis, dan memeriksanya dengan hati-hati sebelum penandatanganan. Jika perusahaan perlu untuk mengakses account pribadi Anda, seperti kartu kredit dan rekening bank (dan kadang-kadang, mereka mungkin memiliki kebutuhan yang sah untuk melakukannya), pastikan perjanjian membatasi akses mereka atau menggunakan account tersebut.
- Mengerti akan hukum. Kita harus mengerti akan hukum untuk mencegah pelanggaran kontak, sehingga apabila terjadi pelanggaran kontrak atau tidak sejalan dengan perjanjian kita bisa menuntut pertanggungjawabannya dan kuat secara hukum.
Dikutip dari : http://osorezan.wordpress.com/2011/04/21/cara-kerja-detektif-swasta-indonesia/
[JOEVANA]