Headlines News :

Teror dari Udara

Kita pasti pernah mendengar, menonton langsung, melihat di televisi, atau membaca di koran, tentang ‘tembakan ke udara’. Tembakan ke udara dilakukan pada berbagai event :  merayakan kemenangan perang, memeriahkan tahun baru, upacara militer, peringatan bagi penjahat yang kabur, juga tanda start untuk lomba lari. Tembakan ke atas tentu saja tidak ditujukan untuk melukai orang, tetapi benarkah tembakan seperti itu aman? Apakah setelah ditembakkan, peluru itu akan terus melesat tanpa henti, menembus alam semesta, tiba dan bersemayam di nirwana, dan tak pernah jatuh kembali ke bumi?

Tentu saja tidak. Peluru itu akan jatuh kembali ke bumi. Dan jika mengenai kepala kita, maka kita akan langsung naik ke syurga (atau kecebur ke neraka). 

 Current production Desert Eagle Mark XIX, caliber .50AE

Peluru yang ditembakkan dari senapan militer akan melesat ke udara dalam kecepatan 3.000 km/jam. Kecepatan ini akan berkurang karena resistensi udara dan gaya gravitasi bumi. Dibutuhkan waktu sekitar 20 detik untuk mencapai ketinggian sekitar 3 km, kemudian peluru akan turun kembali ke permukaan bumi. Kecepatan peluru pada saat turun adalah sekitar 330-770 km/jam, tergantung pada berat dan bentuk peluru. Waktu yang dibutuhkan peluru untuk turun adalah sekitar 30 detik. Pada saat ditembakkan peluru melesat dengan kecepatan tinggi karena dorongan tenaga dari senapan, sedangkan pada saat turun peluru lebih lambat karena hanya di’sedot’ oleh gaya gravitasi bumi yang kekuatannya jauh lebih rendah daripada ledakan senapan.
The question is (halah, sok Inggris) : apakah peluru yang jatuh ke bumi dengan kecepatan 330-770 km/jam ini cukup berbahaya? Oh ya! Sure. Of course. Sudah pasti. Peluru dengan kecepatan 110 km/jam akan menembus kulit, sedangkan pada kecepatan 220 km/jam akan menghancurkan tulang. Jadi silahkan memanjatkan doa terakhir jika anda berada di lokasi penembakan bebas ke udara, sebab barangkali sebentar lagi anda akan menghadap Tuhan …


Di Kuwait, seusai Perang Teluk tahun 1991, orang-orang merayakannya dengan menembakkan senjata ke udara, dan 20 orang Kuwait tewas akibat peluru-peluru yang jatuh itu. Di Los Angeles antara tahun 1985 hingga 1992, para dokter di King/Drew Medical Center merawat 118 orang akibat luka kejatuhan peluru, 38 orang di antaranya meninggal. Kebanyakan orang yang dapat bertahan hidup menderita cacat jangka panjang yang parah, seperti rasa sakit kronis, serangan kejang, paraplegia (kelumpuhan kedua tungkai), dan kuadriplegia (kelumpuhan kedua tangan dan kedua kaki).

 
Bedil-bedil yang ditemukan tentara Marinir Amerika di Fallujah, Irak, tahun 2004

Di Slidell, Louisiana, AS, menembakkan senjata api ke udara dianggap pelanggaran hukum, yang bisa dikenai sanksi penjara enam bulan dan denda 500 dolar. Di New Orleans, Louisiana, masalah peluru yang jatuh begitu parah sehingga diadakan kampanye “Peluru yang Jatuh Akan Membunuh” pada saat Natal dan Tahun Baru.

Kejadiannya akan berbeda jika peluru ditembakkan ke atas dalam ruangan hampa udara, seperti di permukaan Bulan, karena di Bulan tidak ada resistensi udara. Maka, jika peluru meninggalkan laras senapan dengan kecepatan 3.000 km/jam, peluru itu akan jatuh membentur permukaan Bulan pada kecepatan yang sama. Peluru juga akan naik jauh lebih tinggi, sekitar 35 km, dan membutuhkan waktu 168 detik untuk naik dan turun kembali.

 Pistol Smith & Wesson Model CS45

Bagi polisi yang sedang mengejar penjahat, gimana ya caranya memberikan peringatan kalau tidak dengan menembakkan pistol ke udara? Apa pakai kentongan? Hwaduuh …. repot dong

Mari kita sama-sama berdoa, semoga kita tidak berada di waktu dan tempat yang ‘salah’ sehingga tertembus peluru jatuh.   Amien............................

Mr.BOB

 
Support : Copyright © 2020. - - All Rights Reserved