Berita yang mengejutkan bagi orang awam, tentang berita penyadapan
terhadap delegasi Indonesia, di posting di media Australia. Dikatakan
bahwa Presiden SBY dan rombongan telah disadap komunikasinya baik oleh
badan intelijen Inggris dan Amerika. Penyadapan yang dilakukan itu
diungkapkan oleh sebuah sumber yang mengaku pejabat Intelijen dan
Hubungan Luar Negeri Australia, kepada Sidney Morning Herald.
Sidney Morning Herald, pada Jumat (26/7/2013) lalu memberitakan berita
panas yang tidan menyenangkan tersebut, ”Perdana Menterid Rudd sangat
menyukai dan membutuhkan laporan intelijen, khususnya mengenai pemimpin
Asia Pasifik seperti Presiden Yudhoyono, PM India Manmohan Singh dan
Presiden China Hu Jintao (saat itu).” Berita disebutkan berasal dari
sebuah sumber yang ingin namanya dirahasiakan.
Menurut sumber tersebut, Perdana Menteri Kevin Rudd diberitakan menerima
manfaat yang sangat besar dari hasil spionase Inggris yang memata-matai
Presiden SBY pada pertemuan puncak G20 di London tahun 2009. Delegasi
Australia menerima sebuah dukungan informasi intelijen yang bermanfaat,
dan menerima cukup banyak informasi bersama negara Inggris dan
Amerika Serikat. Sumber itu menyebutkan kepada Fairfax Media
betapa pentingnya laporan intelijen yang diterima dari AS dan Inggris
itu, demi untuk kepentingan mendukung tujuan diplomatik Australia.
Manfaatnya termasuk dalam upaya memenangkan kursi di Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). ”Tanpa dukungan laporan intelijen,
yang disediakan oleh AS, Australia tidak akan pernah bisa memenangkan
kursi (di DK PBB),” dijelaskan oleh seorang pejabat Kementerian Luar
Negeri dan Perdagangan Australia, yang tidak ingin disebutkan namanya.
Rahasia Negara Harus Dijaga |
Kini pertanyaannya, apakah berita tersebut benar?
Berita di Sydney Morning Herals tersebut mempunyai rangkaian dengan
dibocorkannya informasi penyadapan intelijen oleh Badan Intelijen
Inggris dan AS oleh Edward Snowden kepada surat kabar Inggris The
Guardian. Snowden yang bekerja sebagai karyawan kontraktor untuk lembaga
intelijen AS seperti CIA dan NSA. Walaupun hanya berstatus karyawan
kontraktor, Snowden ternyata dapat mengakses data rahasia intelijen.
Snowden yang ekmudian merarikan diri mencoba mencari suaka ke Rusia
karena dia dikejar aparat keamanan AS untuk sitangkap.
Pernyataan Snowden cukup mengejutkan. Pasalnya, Pemerintah Jerman selama
ini bertindak layaknya korban dalam skandal penyadapan AS. “Intelijen
AS bekerja sama dengan intelijen Jerman,” ujar Snowden saat diwawancarai
Der Spiegel, seperti dikutip Independent, Senin (8/7/2013). Intelijen
Jerman disebut meminjam alat penyadap milik intelijen AS. Dengan alat
tersebut, intelijen Jerman dapat mengawasi aktivitas internet yang
melewati jaringan di negaranya.
Pada tanggal 17 Juni 2013, Richard Sadleir, Kepala dari Defence,
Intelligence and Information Sharing Division telah memberikan briefing
kepada PM Australia Julian Gillard segera setelah surat kabar The
Guardian (UK) melaporkan bahwa dokumen yang dibocorkan tersebut
dilakukan oleh the British Signals Intelligence Agency, bagian dari
the Government Communications Headquarters (GCHQ). Snowden telah
mengungkapkan Markas Komunikasi Pemerintah (GCHQ) tersebut yang
mempunyai kemampuan memecahkan rahasia intelijen, telah
mencegat/menyadap komukasi-komunikasi yang terjadi.
Kemampuan pengumpulan data dari Badan intelijen GCHQ sukup canggih,
termasuk mampu menembus keamanan anggota delegasi seperti smartphone
BlackBerry, memantau email dan menyadap telepon, dan, mereka mendirikan
warung internet dimana programnya mampu melakukan intersepsi email dan
menembus password sehingga berhasil memata-matai penggunaan komputer
dari anggota delegasi manapun.
Dokumen-dokumen yang diungkapkan oleh Snowden mengungkapkan para GCHQ
analis mampu menyadap target, merekam gambar hidup saat yang
bersangkutan berbicara dengan lawan bicaranya, penyadapan dilakukan
terus menerus dan dilakukan secara otomatis. Para menteri dan pejabat
Inggris diberikan brifing intelijen singkat, yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan dan mempengaruhi sebuah keputusan, dalam waktu
beberapa menit atau beberapa jam kemudian.
Laporan yang ditayangkan di The Guardian sebenarnya lebih fokus kepada
pengumpulan data intelijen di Turki dan Afrika Selatan, disebutkan
tidak mengidentifikasi Indonesia sebagai target. Tetapi sumber di
Australia mengatakan tetangga Australia (Indonesia) adalah ”a priority for us, always”.
Dalam pemberitaannya, bagian dari briefing kepada PM Australia tersebut
telah disunting untuk mencegah pengungkapan informasi dari badan
intelijen Australia walaupun bebas bebas menurut undang-undang
kebebasan informasi, dan informasi tentang pengumpulan informasi
intelijen. Badan Intelijen Australia menjaga terhadap kemungkinan
kerusakan hubungan internasional diantara negara-negara Persemakmuran.
Jadi kesimpulannya, memang nampak ada penyadapan terhadap delegasi
Indonesia.
Analisis
Dari beberapa fakta tersebut diatas, memang agak tergambarkan bahwa
pada saat KTT G-20, tidak hanya delegasi Indonesia saja yang disadap
oleh Badan Intelijen Inggris dan AS. Nampaknya perang intelijen terus
terjadi diantara negara-negara besar sesuai dengan kepentingan
masing-masing. Australia menerima keuntungan karena sebagai mitra
pertahanan dengan AS sejak muncul ulah China di Laut China Selatan, oleh
karena itu AS memberikan supply intelijen ke Australia. Sementara
Inggris sebagai Bapak negara-negara persemakmuran jelas akan terus
memberikan informasi intelijen kepada Australia, disampin mereka
tergabung dalam kerja sama pertahanan FPDA (Five Power Defence Arrangements).
Disatu sisi Amerika mampu melakukan penyadapan efektif dan efisien
dengan drone (pesawat tanpa awak), yang diantaranya sukses dalam
melenyapkan tokoh-tokoh teroris Al-Qaeda, memonitor fasilitas nuklir
Iran dan Korea Utara.
Walaupun Amerika mampu melakukan intersepsi, melakukan penyadapan
tingkat tinggi, para pejabat intelijen AS sangat terpukul dengan ulah
Snowden sebagai pegawai kontraktor yang berhasil membobol sistem
keamanan data base intelijennya. Wakil Menteri Pertahanan AS Ashton
Carter menyatakan, akses ke data rahasia intelijen AS akan diperketat,
mereka akan menggunakan sistem pengamanan reaktor nuklir. Badan
intelijen AS akan dievaluasi ulang.
Peter Boone, Director of Salute Capital Management Ltd serta Professor
Simon Johnson dari Sloan School of Management( Mantan Chief economist
IMF) menyatakan bahwa penyadapan para pemimpin dunia pada G-20 2009
tidak baik untuk membangun kepercayaan internasional dan upaya membangun
kerjasama ekonomi.
Sementara beberapa informasi melaporkan bahwa komunikasi Amerika Serikat
telah disadap oleh diplomat Eropa yang ditempatkan di Washington DC.
Warga Eropa adalah sekutu Amerika, tetapi dilain sisi mereka juga
pesaing di pasar penting di seluruh dunia. Tujuannya penyadapan untuk
mendapatkan beberapa jenis rahasia ekonomi AS.
Sebagai contoh, dalam kasus perekonomian, menurut Boone, penyadapan
ditujukan, ketika, seperti pada musim semi 2009, pemerintah di seluruh
dunia ingin terlibat dalam ekspansi fiskal, just get out of the way. Ekspansi
fiskal Setiap satu negara itu akan meningkatkan perekonomian dalam
jangka pendek, meningkatkan impor dan dengan demikian juga membantu
mitra dagang. Selain itu, ekspansi fiskal akan cenderung menyebabkan
nilai tukar negara berkembang untuk menghargai, karena menyiratkan suku
bunga yang lebih tinggi daripada yang akan terjadi.
Menurut Johnson, negara-negara cenderung untuk bekerja sama pada
ekspansi fiskal, misalnya dalam menghadapi resesi global, dan pemimpin
pemerintahan senang untuk mengomunikasikan rencana mereka di depan umum
maupun secara pribadi. Pada negosiasi perdagangan target potensial dari
Amerika Serikat-Uni Eropa memata-matai umumnya lebih baik untuk
bergantung pada berbagai pihak.
Yang penting, apa yang akan dilakukan oleh berbagai bank sentral
negara-negara G-20 selanjutnya pada kebijakan moneter. Siapa yang akan
memudahkan atau mengetatkan kebijakan moneter, yang akan menimbulkan
masalah besar dan akan menggerakan pasar. Bagaimana informasi
pelonggaran moneter (suku bunga yang lebih rendah atau pelonggaran
kuantitatif lebih) yang cenderung menyebabkan depresiasi nilai tukar,
yang baik untuk ekspor negara depresiasi tetapi tidak begitu baik untuk
mitra dagang.
Sebaliknya, penyadap mencari kemungkinan pengetatan moneter yang
cenderung menyebabkan penguatan nilai tukar untuk negara dengan
kebijakan pengetatan. Jadi misalnya pejabat pemerintah Amerika Serikat
(dan, dalam hal ini, Fed) mungkin ingin tahu apakah bank sentral Eropa
berikutnya akan memudahkan atau mengencangkan. Demikian juga Australia
dan sekutunya ingin tahu kebijakan Bank Indonesia serta para pejabat
terkait, kira-kira begitu.
Mengenai masalah penyadapan, sebenarnya para pejabat kita sudah banyak
yang mengerti dan memahami betapa berbahayanya apabila dirinya menjadi
target dan disadap. Mungkin pada umumnya waspada kalau jadi target KPK.
Setiap kebijakan yang terkait dengan negara jelas akan segera diketahui
oleh negara lain, baik itu musuh atpun calon musuh, hitungannya bisa
menit. Disinilah dibutuhkan sebuah kesadaran sekuriti, setiap pejabat
perlu memanggil para tenaga ahli untuk melakukan pemeriksaan sekuriti,
khususnya anti penyadapan. Alat komunikasi bukanlah sarana teraman dalam
menyampaikan sebuah pesan, internet juga tidak aman begitu saja tanpa
pelindung.
Demikian informasi yang penulis sampaikan tentang ulah dari Badan
intelijen Inggris yang melakukan penyadapan saat KTT G-20 2009,
khususnya mengenai kebijakan dibidang ekonomi. Dengan membaiknya
perekonomian Indonesia masa kini, para pejabat ekonomi pada khususnya
seharusnya waspada, apabila membahas sebuah rencana kebijakan moneter.
Jangan disepelekan. Menurut ilmu intelijen, komunikasi paling aman
adalah personal meeting, langsung bertemu. Atau baik BIN dan
Lembaga Sandi Negara melengkapi para pejabat teras dengan komunikasi
yang dilengkapi dengan sistem pengacak. Akan tetapi kuncinya tetap
“kesadaran sekuriti si pejabat.”
Semoga bermanfaat.