Polisi itu duduk santai di pos jaga LIO Square. Kulit muka yang hitam
itu tampak ceria dengan senyuman yang tersungging di bibirnya. Di
hadapannya, duduk pula seorang turis asing, pria bule yang baru saja dia
setop di pinggir jalan karena melanggar aturan lalu lintas.
Keduanya berbincang akrab, seolah sudah lama saling kenal. Sang
polisi menjelaskan kesalahan-kesalahan turis, dengan bahasa Inggris
fasih. Penuh percaya diri. Bule berambut keriwil itu pun mendengarkan
dengan seksama.
Itulah sepenggal adegan video yang diunggah di laman Youtube pada 1 April oleh akun gil4sekali.
Video itu membuat geger dunia maya. Bukan hanya karena kelihaian sang
polisi dalam berbahasa Inggris, tapi juga karena kelakuan aparat itu
yang dinilai telah mencoreng institusinya, Polri.
Polisi itu
adalah Aiptu Komang Sarjana. Dia nggota Polisi Lalu Lintas Polres
Badung, Bali. Sehari-hari, di Pos LIO Square itulah Komang bertugas,
menjaga ketertiban para pengendara. Namun, Komang harus bersiap
menghadapi hukuman karena video yang direkam 6 bulan silam oleh bule
Belanda bernama Van der Spek yang diajaknya 'ngobrol' itu.
Apa
sebab? Dalam rekaman itu Komang menawarkan 'perdamaian' kepada Spek yang
melanggar aturan lalu lintas. Komang menjelaskan kepada Spek bahwa
pelanggaran itu bisa saja dibawa ke Pengadilan Negeri Denpasar. Jika
diproses di pengadilan, kasus itu bisa menelan biaya Rp 1,25 juta.
"Jika
Anda ingin membayar di sini, habis Rp 250 ribu. Untuk Anda, saya kasih
(minta) Rp 200 ribu," kata Komang dalam rekaman yang beredar di Youtube.
Tak
cukup sampai di situ, Komang meyakinkan Spek bahwa dengan harga itu,
kasus pelanggaran lalu lintas itu tidak perlu dibawa ke pengadilan. Spek
juga dibebaskan berkeliaran jika bersedia membayar denda di tempat.
Maka, Spek pun mengeluarkan 4 lembar uang Rp 50 ribu. Total Rp 200 ribu.
"Besok, ingat pakai helm," ujar Komang mengingatkan Spek.
Kelakuan
konyol Komang tidak sampai di situ. Sebagai penegak hukum, dia malah
mengajak Spek minum bir. Parahnya, Komang 'pesta' minum bir di pos
polisi. Bir itu dibeli dari uang hasil 'memalak' Spek. "Rp 100 ribu
untuk buat beli bir, Rp 100 ribu buat pemerintah saya," tutur Komang
sebelum membeli bir.
Saat minum-minum itulah, Spek berusaha
mengorek keterangan dari Komang. Menir Belanda itu bertanya, sudah
berapa banyak orang yang ditilang saat itu. Komang pun menjawab dengan
bangganya bahwa hari itu telah menilang 3 orang dengan target uang
berbeda.
"Kamu terbaik nomor 2. Pertama Rp 300 ribu, setelah itu Anda, dan nomor tiga Rp 100 ribu," ujar polisi itu. Mereka pun berpisah.
PELANGGARAN BERAT
Polri
merasa geram dengan kelakuan anggotanya itu. Kapolri Jenderal Timur
Pradopo yang mengaku telah mendapat laporan meminta kasus ini dijadikan
perhatian khusus. "Sudah dapat laporan. Itu juga jadi perhatian di
Polri," kata Timur Pradopo di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Kamis
(4/4/2013).
Menurut Timur, dirinya belum mengetahui rincian kasus
yang dilakukan anggotanya di Badung itu. Tetapi satu hal yang ditegaskan
Timur. "Kalau memang melanggar akan ditindak tegas oknumnya. Kalau
salah kami tindak," ujar Timur.
Polda Bali juga segera bertindak.
Kapolda Irjen Pol Arif Wachyunadi langsung memanggil Komang. Selain itu,
Bripka Putu Indra Jaya yang turut nongol dalam video itu juga
dipanggil. "Kami tarik 2 anggota itu dalam rangka pemeriksaan Propam,"
kata Kapolda Bali Irjen Pol Arif Wachyunadi di Denpasar.
Arif
mengatakan, saat ini pemeriksaan masih berlangsung. Sehingga sanksi yang
akan diberikan untuk 2 polisi itu belum ditentukan. Sanksi baru bisa
ditentukan setelah pemeriksaan. "Tunggu pemeriksaan selesai," katanya.
Dia
menambahkan, 2 polisi itu untuk sementara tidak lagi bertugas di Pos
Polisi LIO Square. Keduanya ditarik ke Mapolda Bali tanpa jabatan sampai
pemeriksaan usai. "Sementara dibebastugaskan dari Latas, sampai
pemeriksaan selesai," tutur Arif.
Wakapolda Bali Brigjen Pol I
Ketut Untung Yoga Ana mengatakan kelakuan Komang itu sebagai kesalahan
besar. "Tindakan itu termasuk pelanggaran berat," kata Yoga kepada Liputan6.com.
Polisi,
kata Yoga, dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Sementara, perilaku polisi seperti yang diunggah di laman Youtube itu
termasuk pelanggaran aturan tersebut. "Kalau terbukti, hukumannya akan
berat," ujar Yoga.
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas)
menyayangkan tindakan Komang itu. Sebab, selama ini polisi di Bali
dikenal bersih. "Polisi Bali itu termasuk baik, dari segi dukungan
budaya masyarakat itu cukup ringgi. Artinya kalau dari segi individunya
itu ada saja yang menyimpang, maka seperti nila setitik rusak susu
sebelangga," ujar anggota Kompolnas Adrianus Meliala kepada Liputan6.com.
Menurut
Adrianus, kelakuan Komang itu merupakan perkara administratif dan
pelanggaran kode etik. Propam Polda Bali pun harus merespons aksi polisi
'pemalak' yang terekan dalam video yang beredar di Youtube itu.
"Kalau
ketahuan orangnya bisa disidang disiplin kemudian kode etik. Kalau
sanksi administratif itu bisa 3 minggu disel, kalau kode etik itu bisa
diskors turun pangkat atau sekolah lagi, bahkan bisa diberhentikan
dengan tidak hormat," kata Adrianus.
Siapa Spek?
Perekam
video itu adalah memiliki nama lengkap Kees van der Spek. Pria
kelahiran tahun 1964 itu adalah seorang jurnalis. Spek bertugas untuk
mencari berita pada program televisi Belanda bertajuk Peter R. de Vries,
yang menayangkan penyelidikan rahasia. Ia bekerja bersama rekannya
Peter R. de Vries. Keduanya adalah jurnalis spesialis kriminal.
Sebelumnya,
Spek juga sempat terlibat dalam pencarian seorang siswi Amerika bernama
Natalee Ann Holloway yang hilang saat tur dari sekolahnya ke Aruba.
Sebuah negara mirip Karibia di Kerajaan Belanda. Natalee hilang pada 24
Mei 2005, dan Spek pun ikut terlibat dalam kasus itu dengan informan
Patrick Van Der Eem.
Spek adalah wartawan multi talenta. Tak hanya
mahir dalam melakukan penyelidikan, turis berambut keriwil itu ternyata
juga pandai menulis. Pada 2008, ia sempat merilis sebuah buku bertajuk
Achter de schermen bij Peter R. de Vries atau Behind The Scenes dari
program televisi berjudul Peter R. de Vries.
Diketahui dari akun
jejaring sosial dengan nama lengkapnya Kees Van Der Spek, pria berusia
49 tahun itu adalah penyuka musik Bach, Tom Waits, Leonard Cohen, dan
Coldplay. Suami Annabelle Van Der Spek ini juga bekerja di Endemol,
sebuah televisi produksi internasional dan perusahaan distribusi yang
berkantor pusat Belanda. Di perusahaan tersebut ia menjabat sebagai
direktur sekaligus reporter.
Pria Belanda yang juga fasih
berbahasa Inggris itu ternyata lulusan dari NHTV Breda, European School
of Bergen New York, CSG Oude Hoven Gorinchem, Moderne Humaniora
Bujumbura, Vrije Atheneum Paramaribo.
Sumber : http://news.liputan6.com